Daftar Blog Saya

Jumat, 06 Januari 2012

Bersyukur, Sabar, dan Berbagi

Kamis,    Oktober 2011



Hari ini kuliah sore, sekitar pukul 14.30 saya berangkat dari rumah. Perjalanan dari rumah ke depan (tempat nyetop angkot) cukup jauh, yaa sekitar 10 menit :).. Tidak terasa, karena sudah terbiasa, akhirnya samapai di depan Alfa Midi Johar, tempat biasa nyetop angkot. Pas saya mau naik angkot M35, tiba2 ada seorang bapak yang usianya sudah tua, dituntun menyebrang oleh seorang laki2. Lalu, Bapak Tua tadi naik ke angkot M35 yang saya tumpangi. Di dalam angkot, penumpangnya pas. Tidak terlalu penuh dan tidak terlalu kosong.Di hadapan saya duduk seorang siswi SMA dan di sebelahnya adalah Bapak Tua dan seorang perempuan (ibu2) yang sepertinya keturunan China.

Sekitar 10 menit setelah angkot melaju, si Bapak Tua bertanya kepada siswi SMA yang duduk di sebelahnya.
Pak Tua : "De, maaf Bapak mau tanya. Cuaca sekarang mendung atau cerah?"
(saya heran, siswi SMA pun kelihatannya heran. Kok bertanya cuaca gitu. Kan bisa lihat sendiri lah)
Lalu, Pak Tua itu berkata lagi.. : "Maaf, De. Saya tidak bisa melihat."

Astagfirullah...Saya tercengang, penumpang lain pun ikut tercengang.. Oohh ternayata Pak Tua itu tidak bisa melihat, alias tunanetra. Dilihat dari penempilannya, agaknya biasa saja.. Tidak menampakan bahwa beliau tunanetra.

Si anak SMA pun menjawab : Oohh..sekarang agak mendung, Pak."
Pak Tua : "Ooh begitu ya, De.. Terimakasih.."

Sejak percakapan tadi, suasana agak sedikit cair, apalagi si Ibu2 Cina yang duduk di sebelah Pak Tua mulai mengajak ngobrol.

Ibu Cina : "Maaf, Pak.. Mau kemana?"
Pak Tua : "Mau pulang ke ........" (aduh, saya lupa lagi waktu itu si Pak Tua nyebut daerah mana ya? Pokoknya jauh deh..Tapi masih daerah Jakarta juga)
Ibu Cina : "Wah jauh sekali, Pak.. Bapak kok sendirian? Nanti naik apa?"
Pak Tua : "Sudah biasa, Bu. Biar gak bisa ngeliat gini saya mah bisa jalan kesana kemari. Minta tolong lah sama orang lain kalo gak bisa nyebrang atau memang perlu bantuan. Nanti saya naik busway dulu, kemudian naik metromini"
Ibu Cina : "Ooh gitu ya, Pak?! Anak saya juga yang bungsu sama seperti Bapak.. Bapak dari lahir atau terkena efek penyakit?"
Pak Tua : "Kalo saya dari lahir sudah begini. Kalau anak Ibu?"
Ibu Cina : "Anak saya dari semenjak kena penyakit, Pak! Efek sampingnya.. Kasian sekali dia."
Pak Tua : "Oohh..anak Ibu ada berapa?"
Ibu Cina : "Anak saya ada 5, itu yang bungsu umurnya 22 tahun"
Pak Tua : "Yang lain sudah berkeluarga?"
Ibu Cina : "Sudah, Pak.."
Pak Tua : "Suami masih ada, Bu?"
Ibu Cina : "Suami saya sudah meninggal pada tahun 2007"
Pak Tua : "Subhanallah.. Ibu yang sabar, ya! Allah tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan umatnya. Anak Ibu pasti kuat. Biasanya orang seperti kita (tunanetra) memilki sesuatu yang tidak dimiliki orang normal."
Ibu Cina : "Iya, Pak! Benar sekali. Anak saya bisa merasakan suasana. Waktu itu, malam-malam.. Anak saya tidak mau tidur di kamarnya. Ingin di luar saja. Sudah saya paksa dia, tapi tetap tidak mau. Saya tanya kenapa..dia tidak menjawab. Tapi, paginya, dia baru masuk kamarnya dan tidur lagi disana. Besoknya dia cerita.. Ternyata di kamarnya saat malam itu ada suara yang menyeramkan, mungkin makhluk halus.."
Pak Tua : "Iya, Bu..Biasanya seperti itu orang seperti kami tuh.. Tapi saya selalu mencoba bersabar. Alhamdulilah walaupun buta seperti ini, tapi saya masih bisa merasakan hidup di dunia ini.."
Ibu Cina : "Iya, Pak.. Senang sekali bertemu Bapak.."
Pak Tua : "Sama-sama, Bu.. Saya hanya menitip pesan.. Janganlah Ibu putus asa memiliki anak yang tunanetra. Sayangi, rangkul, dan bimbinglah dia."
Ibu Cina : "Selalu, Pak.. Selalu saya support dia. Saya memberinya radio supaya bisa menikmati hiburan"
Pak Tua : "Sama seperti saya, Bu.."

Tak terasa kami semua sebagai penumpang, larut dalam percakapan Pak Tua dan Ibu Cina. Sepertinya semua sama dengan apa yg saya rasakan : terharu, terharu, dan aaahh pokoknya....!!
Dan kami semua sudah sampai di daerah Pasar Genjing.

Pak Tua : "Kirii, Bang...!"
Angkot pun terhenti..
Ibu Cina : "Pak,, biar saya yang bayar angkotnya. Dan ini uang untuk naik busway dan metromini.."
Pak Tua : "Subhanallah..Alhamdulilah. Terimakasih ya Bu. Semoga dimudahkan rezekinya oleh Allah, dan semoga anaknya diberi kekuatan.. Sabar dan bersabar, pasrahkan semuanya kepada Allah.. Permisi, Bu.."
Pak Tua tadi turun, dibantu oleh seorang pria yang ada di luar (sepertinya tukang ojeg atau supir apaaa gitu, dan sepertinya sudah biasa menolong Bapak Tua)..
Pak Tua dituntun sampai halte busway.. Kami semua (penumpang) melihat Pak Tua berlalu dan tampaknya suasana menjadi hening...sampai saya turun dari angkot.

**Ya Allah, maafkan aku yang tidak pandai bersyukur. Secara tidak langsung, Pak Tua dan Ibu Cina mengajarkan saya, bahkan penumpang yang lainnya tentang arti syukur, berbagi, dan sabar**



Tidak ada komentar:

Posting Komentar